Pyongyang – Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov bertemu dengan pemimpin Korea INITOGEL Utara Kim Jong Un pada Sabtu (12/7/2025).
Kementerian Luar Negeri Rusia mengunggah foto pertemuan keduanya di Kota Wonsan, yang terletak di pantai timur Korea Utara. Lavrov tiba di negara itu pada Jumat (11/7), dalam rangka kunjungan selama tiga hari.
“Kami bertukar pandangan mengenai situasi seputar krisis Ukraina,” kata Lavrov seperti dikutip kantor berita negara Rusia TASS dalam konferensi pers setelah pertemuan. “Teman-teman kami di Korea menegaskan dukungan tegas mereka terhadap semua tujuan operasi militer khusus (Rusia), serta terhadap tindakan kepemimpinan dan angkatan bersenjata Rusia.”
Pada Rabu (9/7), juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa Lavrov akan mengunjungi Korea Utara untuk melakukan pembicaraan sebagai bagian dari putaran kedua dialog strategis antara para diplomat tinggi kedua negara.
Kunjungan Lavrov ini berlangsung pada saat yang krusial bagi hubungan Rusia-Korea Utara, di tengah laporan intelijen Ukraina bahwa Korea Utara akan mengirim tambahan 25.000 hingga 30.000 tentara untuk membantu serangan besar-besaran Rusia ke Ukraina—di luar sekitar 11.000 tentara yang diperkirakan telah dikirim Pyongyang tahun lalu.
Kunjungan ini dilaporkan juga terjadi ketika Amerika Serikat (AS) semakin frustrasi terhadap Rusia. Presiden Donald Trump menuduh Presiden Vladimir Putin menyebarkan “omong kosong” dalam upaya pembicaraan damai. Trump kemudian berjanji akan memberikan lebih banyak dukungan kepada Ukraina.
Rusia Semakin Bergantung pada Korea Utara?
Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Pyongyang, Rabu (19/6/2024). (Dok. AP Photo/Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Kunjungan Lavrov disebut berpotensi memperkuat aliansi yang dapat mengubah tidak hanya arah perang di Ukraina, namun juga dinamika keamanan di Asia.
TASS dalam laporannya mengungkapkan, Choe Son Hui mengunjungi Moskow untuk putaran pertama pembicaraan strategis pada November 2024. Saat itu, Lavrov memuji apa yang dia sebut sebagai “kontak yang sangat erat” dengan militer dan dinas intelijen Korea Utara.
Korea Utara dinilai semakin terintegrasi dalam perang Rusia. Menurut pejabat Barat, sekitar 4.000 tentara Korea Utara telah tewas atau terluka di Rusia.
Tentara Korea Utara tidak hanya hadir sebagai simbol dukungan, namun benar-benar ikut serta dalam pertempuran di wilayah Kursk. Mereka hidup dalam kondisi militer yang keras, tinggal di lubang perlindungan hingga bertempur di garis depan.
Sementara itu, citra satelit yang diperoleh CNN menunjukkan pesawat kargo dan kapal pengangkut pasukan bergerak antara Korea Utara dan Rusia, menandakan adanya operasi logistik militer berskala besar yang sedang berlangsung.
Di tengah kekurangan di garis depan, Rusia disebut semakin bergantung pada Korea Utara untuk pasokan senjata tambahan, meskipun pabrik-pabrik dalam negerinya telah bekerja tanpa henti.
Buku panduan pelatihan artileri Korea Utara telah diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia—suatu langkah yang mencerminkan tidak hanya meluasnya penggunaan senjata Korea Utara oleh Rusia, tetapi juga meningkatnya interoperabilitas antara angkatan bersenjata Moskow dan Pyongyang.
Laporan dari 11 negara anggota PBB bulan lalu menyebutkan bahwa Pyongyang telah mengirim sedikitnya 100 rudal balistik dan 9 juta peluru artileri ke Rusia sepanjang 2024.
Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia pun meningkatkan serangan udara terhadap Ukraina, termasuk dengan meluncurkan rekor 728 drone dan 13 rudal pada Rabu. Sehari setelahnya, drone Rusia menyerang Kyiv dari segala arah, taktik baru yang diyakini menguji sistem pertahanan Ukraina yang sudah kewalahan.
Sumber : Beritaseputarindo.id