Jakarta Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Komjen Pol Marthinus Hukom, mengungkapkan INITOGEL adanya modus kejahatan narkotika yang melibatkan warga negara asing (WNA) di Bali, dengan memanfaatkan teknologi canggih.
Hal ini disampaikannya saat menghadiri acara pencanangan program Desa Bersinar di Wantilan Desa Adat Kelan, Tuban, Kabupaten Badung, Selasa (15/7/2025).
“Kami menemukan suatu modus operandi penyebaran narkoba yang menggunakan teknologi advance (canggih),” kata Marthinus seperti dilansir dari Antara.
Ia menjelaskan bahwa WNA yang terlibat dalam jaringan narkoba di Bali memanfaatkan teknologi seperti blockchain untuk menghindari patroli dari petugasnya.
Marthinus menuturkan, dengan teknologi tersebut, peredarannya menggunakan media sosial atau tanpa tatap muka. Kemudian, setelah adanya kesepakatan, barang tersebut ditempatkan di suatu tempat dengan kode tertentu, lalu berakhir dengan transaksi menggunakan cryptocurrency.
Dia pun mengungkapkan, ada dugaan bahwa WNA Rusia dan Ukraina jadi aktor dibalik kejahatan ini, di mana menggunakan chatbot dari aplikasi Telegram dengan format tertentu.
“Uniknya, kurirnya sudah membuat zona-zona di Bali. Misalnya di daerah Sanur, Kuta formatnya begini. Bayangkan penjahat dari luar membagi wilayah operasionalnya menjadi zona-zona seperti itu,” ungkap Marthinus.
Daya Tarik
Marthinus juga mengungkap bahwa daya tarik Bali sebagai pasar narkoba semakin kuat. Hal ini terlihat dari ditemukannya laboratorium gelap (clandestine) dan kebun ganja dalam ruangan oleh BNN dan Mabes Polri.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Indonesia saat ini menghadapi ancaman dari dua jaringan besar internasional, yaitu Golden Triangle (Myanmar, Laos, dan Thailand) dan Golden Crescent (Iran, Afghanistan, dan Pakistan). Bahkan, kartel narkoba Sinaloa dari Meksiko telah menunjukkan tanda-tanda berkembang di Bali.
Menurut Marthinus, salah satu modus yang digunakan para pelaku adalah menyewa properti seperti vila atau lahan yang kemudian dialihfungsikan sebagai markas produksi atau distribusi narkoba.
“Banyak sekali alih fungsi lahan terjadi di Bali. Saya tidak melarang itu hak setiap orang. Tapi ingat Kita beberapa kali menemukan klandestin laboratorium yang dijadikan sarang kejahatan narkoba di Bali,” kata dia.
Punya Program
Karena itu, kata dia, program desa Bersinar (bersih dari narkoba) bisa membangun kesadaran, menginternalisasi nilai-nilai untuk membentengi masyarakat adat melihat kejahatan narkoba.
“Kita harus bisa memisahkan orang yang datang ke sini untuk berwisata dari orang yang mengcover dirinya berwisata padahal dia sedang merancang kejahatan. Jangan biarkan penjahat itu di Bali,” pungkasnya.
Sumber : Beritaseputarindo.id