Jakarta – Kebijakan-kebijakan kontroversial yang diambil Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, terutama terkait tarif dan keimigrasian, DELAPANTOTO mulai berdampak pada sektor pariwisata dalam negerinya. Hal itu ditunjukkan lewat menurunnya angka kunjungan wisatawan asing ke berbagai destinasi wisata populer mereka.
Salah satunya Bufallo, lokasi Air Terjun Niagara. Kota itu bertetangga dekat dengan Kanada sehingga biasanya banyak wisatawan Kanada yang mengunjungi tempat itu, terutama di musim panas.
Pelaku usaha wisata di sana bahkan menyiapkan kampanye khusus untuk menarik turis dari Kanada dengan pesan Buffalo Loves Canada. Mereka menawarkan kartu hadiah senilai 500 dolar AS untuk menunjukkan bahwa kehadiran mereka disambut, diinginkan, dan dirindukan.
Faktanya, jumlah kedatangan wisatawan asing ke Buffalo tak seperti yang diharapkan. Situasi serupa juga dialami Los Angeles dan Las Vegas. Mereka melaporkan jumlah turis asing lebih sedikit pada musim panas ini, yang dinilai sejumlah analis perjalanan trennya akan berlanjut hingga beberapa waktu ke depan.
Temuan Para Analis soal Pariwisata AS
Kuliah di Western Michigan University, Yoriko tidak hanya menghabiskan waktunya di Michigan saja. Beberapa kali ia kerap mengunjungi New York, Los Angeles dan beberapa tempat wisata lainnya yang berada di Amerika Serikat.
Mengutip AP, Rabu (3/9/2025), Dewan Perjalanan & Pariwisata Dunia memproyeksikan, AS akan jadi satu-satunya negara dari 184 negara yang ditelitinya yang mengalami penurunan pendapatan dari kunjungan wisman pada 2025.
“Ekonomi perjalanan dan pariwisata terbesar di dunia sedang menuju ke arah yang salah,” kata Julia Simpson, presiden dan CEO dewan tersebut. “Sementara negara-negara lain menggelar sambutan, pemerintah AS justru memasang tanda ‘tutup’.”
Keyakinan yang sama diungkapkan firma riset perjalanan Tourism Economics. Mereka memprediksi, kunjungan wisatawan asing ke AS menurun 8,2 persen pada 2025, sedikit lebih baik dari perkiraan sebelumnya sebesar 9,4 persen, tapi jauh di bawah jumlah pengunjung asing ke negara tersebut sebelum pandemi COVID-19.
“Penurunan sentimen terbukti sangat parah,” kata firma tersebut, seraya mencatat, pemesanan tiket pesawat mengindikasikan ‘perlambatan tajam’ pada Mei, Juni, dan Juli kemungkinan akan berlanjut di bulan-bulan mendatang.
Kebijakan-Kebijakan Trump yang Merugikan Sektor Pariwisata AS
Pembalap Alpine asal Prancis, Esteban Ocon saat sesi latihan pertama Grand Prix Formula 1 Las Vegas pada 21 November 2024 di Las Vegas, Nevada. (Frederic J. Brown/AFP)
Deborah Friedland, direktur pelaksana di perusahaan jasa keuangan Eisner Advisory Group, mengatakan, industri perjalanan AS menghadapi berbagai tantangan, termasuk kenaikan biaya perjalanan, ketidakpastian politik, dan ketegangan geopolitik yang berkelanjutan.
Sejak kembali menjabat, Trump memperkuat beberapa kebijakan garis keras yang mewarnai masa jabatan pertamanya, dengan menghidupkan kembali larangan perjalanan yang terutama menargetkan negara-negara Afrika dan Timur Tengah, memperketat aturan seputar persetujuan visa, dan meningkatkan penggerebekan imigrasi massal.
Pada saat yang sama, desakan tarif untuk barang-barang asing yang dengan cepat jadi ciri khas masa jabatan keduanya membuat beberapa warga negara di tempat lain merasa tidak diinginkan. “Persepsi adalah kenyataan,” kata Friedland.
Para pejabat pariwisata Washington DC memproyeksikan penurunan 5,1 persen jumlah pengunjung internasional untuk tahun ini. Kampanye yang menampilkan ‘sisi personal’ Washington digagas untuk mencegah penurunan berkelanjutan.
Penurunan Minat Wisatawan ke AS Merata
Gedung Putih, White House, di Washington, DC, Amerika Serikat.
Data pemerintah AS mengonfirmasi penurunan keseluruhan kedatangan internasional selama tujuh bulan pertama 2025. Jumlah pengunjung mancanegara, tidak mencakup wisatawan dari Meksiko atau Kanada, menurun lebih dari 3 juta, atau 1,6 persen, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut angka awal dari Kantor Perjalanan dan Pariwisata Nasional.
Eropa Barat turun 2,3 persen, dengan turis dari Denmark turun 19 persen, 10 persen dari Jerman, dan dari Prancis 6,6 persen. Pola serupa muncul di Asia, dengan data AS menunjukkan penurunan dua digit dalam jumlah kedatangan dari Hong Kong, Indonesia, dan Filipina. Jumlah penduduk negara-negara di seluruh Afrika yang melakukan perjalanan ke AS juga menurun per Juli.
Namun, pengunjung dari beberapa negara, termasuk Argentina, Brasil, Italia, dan Jepang, tiba dalam jumlah lebih besar. Namun, situasi itu diyakini tidak akan berlangsung lama, terutama setelah musim panas berakhir.
Sumber : Beritaseputarindo.id