Perdamaian Rusia-Ukraina Versi Putin: Tanpa Kompromi, Sesuai Kepentingan Moskow

Moskow – Presiden Rusia Vladimir Putin menunjukkan dengan tegas bahwa ia hanya akan menerima penyelesaian konflik dengan INITOGEL Ukraina sesuai syaratnya sendiri.

Di tengah gelombang serangan rudal dan drone yang terus membombardir Ukraina, Putin menegaskan pendiriannya: perundingan damai bisa dilakukan, tapi dengan ketentuan dari Moskow — tanpa kompromi, dikutip dari laman AP, Minggu (1/6/2025).

Meski begitu, Putin berusaha menjaga hubungan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia memuji pendekatan diplomatik Trump dan menyatakan kesiapan Rusia untuk berdialog. Namun, pernyataan itu dibarengi dengan sikap keras yang tak sejalan dengan ekspektasi Kyiv maupun negara-negara Barat.

Trump sendiri, yang pernah sesumbar bisa menghentikan perang ini hanya dalam 24 jam, belakangan mulai bersikap lebih keras terhadap Putin. Ia menyebut Presiden Rusia itu sudah “gila” karena meningkatkan intensitas serangan udara ke Ukraina.

“Yang tidak disadari oleh Vladimir Putin adalah bahwa jika bukan karena saya, banyak hal sangat buruk sudah akan terjadi di Rusia — dan maksud saya SANGAT BURUK,” kata Trump dalam pernyataannya. “Ia bermain api!”

Pernyataan Trump langsung ditanggapi oleh Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia. Dengan nada sinis, Medvedev berkata, “Saya hanya tahu satu hal yang SANGAT BURUK — Perang Dunia III. Saya harap Trump paham soal itu.”

Pengamat: Putin Sedang Memainkan Permainan Psikologis

Donald Trump bertemu Vladimir Putin dalam KTT G20 (AFP Photo)

Donald Trump bertemu Vladimir Putin dalam KTT G20 (AFP Photo)

Menurut Fyodor Lukyanov, analis politik senior di Moskow yang kerap mengamati dinamika Kremlin, Putin sedang memainkan “permainan psikologis” dengan Trump. Keduanya, kata Lukyanov, saling merasa memiliki pemahaman terhadap satu sama lain.

“Strategi Putin tampaknya berangkat dari asumsi bahwa isu ini bukan prioritas utama bagi lawan bicaranya. Sementara bagi Rusia, ini adalah kepentingan vital. Dengan begitu, pihak yang menganggapnya kurang penting akan cenderung memberikan konsesi,” tulis Lukyanov dalam sebuah kolom analisis.

Sementara itu, sejumlah sekutu Eropa mendesak AS untuk memperketat sanksi terhadap Rusia sebagai bentuk tekanan agar Moskow mau menerima gencatan senjata. Namun, muncul pula kekhawatiran bahwa Trump justru akan mengambil langkah mundur dan menarik AS dari konflik ini.

Jika bantuan militer dari Washington terhenti atau berkurang drastis, kemampuan Ukraina untuk bertahan — apalagi menyerang balik — akan tergerus secara signifikan. Di tengah ketegangan ini, dinamika antara dua tokoh besar, Trump dan Putin, bisa menentukan arah perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun ini.

Sumber : Beritaseputarindo.id